Pesantren Mambaul Ulum berdomisili di Jalan Berebah, Rt. 24, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Paalmerah, Kota Jambi. Pesantren ini sangat kondusif bagi mobilitas santri karena dekat dengan berbagai sarana publik.
Pesantren yang mengedepankan pembelajaran kitab kuning dan aktivitas zikir ini didirikan pada tanggal 9 Juli 2001 (bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Akhir 1422 H) oleh Kiai Selamet Baharuddin. Dengan bantuan warga sekitar, Kiai Selamet Baharuddin memulai pembangunan pesantren dengan keikhlasan dan fasilitas seadanya di atas tanah pribadi milik beliau yang hanya berukuran 300 meter persegi.
Bangunan pesantren ini awalnya hanya berupa rumah pribadi beliau dan beberapa kamar santri serta ruangan belajar yang seadanya. Sarana dan prasarana yang ada terus berkembang seiring bertambahnya jumlah santri.
Pada saat pertama datang di wilayah Talang Bakung, Kiai Selamet Baharuddin tak cukup dikenal oleh warga. Kebanyakan warga tak mengetahui bahwa beliau yang pada saat itu bekerja sebagai pedagang makanan ringan adalah seorang Kiai. Pak Selamet (panggilan warga sekitar pada saat itu) memulai mengajar ngaji anak-anak setempat hingga perlahan banyak murid yang datang untuk belajar mengaji dengan beliau.
Selain rumah Kiai Selamet, kegiatan pengajian dan aktivitas para murid beliau pada masa-masa awal juga dilaksanakan di masjid Nurussa’adah yang berada di samping rumah beliau. Posisi rumah beliau yang berada di dekat masjid juga sangat mendukung aktivitas dakwah dan pendidikan yang beliau laksanakan. Masjid yang merupakan tempat berkumpul dan beribadah warga sekitar dapat menjadi fasilitas yang sangat efektif guna merangkul warga untuk terlibat aktif dalam aktivitas pendidikan dan keagamaan.
Proses awal berdirinya pesantren Mambaul Ulum ini tak jauh berbeda dengan sejarah awal mula berdirinya pesantren-pesantren besar di pulau Jawa seperti Pesantren Sarang di Rembang, Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Krapyak di Jogjakarta, serta Pesantren Tegalrejo di Magelang. Begitu pula berbagai pesantren besar lainya dimana awal mula berdirinya pesantren berawal dari keberadaan seorang kiai yang dianggap mumpuni dalam bidang keilmuan islam.
Ketokohan dan kepakaran seorang kiai mengundang kehadiran para santri untuk menimba ilmu agama kepadanya. Keberadaan rumah kiai yang awalnya menjadi tempat aktivitas belajar selanjutnya disusul dengan kehadiran bangunan tempat belajar yang biasanya berupa mushala. Selanjutnya, para pelajar yang datang dari berbagai daerah membutuhkan tempat tinggal hingga memotivasi kiai untuk menyediakan tempat menginap yang kemudian dinamakan asrama atau pondok.
Jadi, awal berdirinya pesantren dimulai dari keberadaan seorang Kiai yang menjadi tokoh sentral. Para kiai ini biasanya memiliki kharisma dan keilmuan yang mendalam sehingga mengundang para pelajar islam (yang lebih lanjut disebut santri) untuk menghabiskan seluruh waktu mereka guna mengabdi dan menimba ilmu darinya.
Di pesantren Mambaul Ulum yang beliau dirikan ini, Kiai Selamet mengajarkan Nahwu, shorof, tauhid, akhlak, tafsir, hadits dan berbagai keilmuan islam lainya. Berbagai bidang keilmuan tersebut disampaikan kepada para santri dengan berdasar literatur kitab kuning yang diajarkan secara bandongan. Bandongan adalah sebuah metode belajar khas pesantren dimana seorang kiai membaca dan menerangkan isi sebuah kitab yang telah dipilih, sementara para santri menyimak setiap baris kitab yang dibaca kiai tersebut.
Seiring berjalanya waktu, lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah diselenggarakan pesantren ini dengan tetap menjaga kultur pendidikan pesantren. Aktivitas sholat berjamaah, zikir bersama, sholat malam, gotong royong, istighosah, dan berbagai aktivitas khas pesantren lainya tetap dilestarikan.
Jadi, pesantren Mambaul Ulum mampu beradaptasi terhadap tuntutan zaman dengan tetap mempertahankan tradisi salafussaleh dalam amal dan keilmuan.
Pada tahun 2016, Kiai Selamet Baharuddin sebagai pendiri sekaligus pengasuh utama pesantren ini meninggal dunia dan tampuk kepemimpinan pesantren Mambaul Ulum diteruskan oleh kedua putra beliau yakni Dr. Muhammad Shofa Saifillah Al-Faruq, M.Pd.I dan Dr. Bima Risyta Al-Faruq, M.Sy.
Hingga saat ini, selain program pengajian kitab kuning dan tahfizul qur’an, Pesantren Mambaul Ulum Kota Jambi telah mengelola beberapa lembaga pendidikan dari berbagai jenjang mulai dari Raudathul Athfal (RA) Mambaul Ulum, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mambaul Ulum, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mambaul Ulum, Madrasah Aliyah (MA) Mambaul Ulum, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mambaul Ulum, hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Mambaul Ulum.
Madrasah Aliyah Mambaul Ulum menyediakan jurusan IPA dan IPS untuk para santri. Sementara SMK Mambaul Ulum menyediakan jurusan Akuntansi, Pemasaran, dan Multimedia. STAI Mambaul Ulum sendiri hingga saat ini telah membuka tujuh prodi untuk para Mahasantri, yakni Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Ekonomi Syari’ah (ESY), serta Hukum Ekonomi Syari’ah (HES).
Selain program pembelajaran resmi di dalam kelas, Pesantren Mambaul Ulum juga menyelenggarakan berbagai ekstrakulikuler seperti Pencak Silat, Drum Band, PMR, Pramuka, Rebana, serta pelatihan pidato untuk mengembangkan bakat para santri.