Terlahir dalam sebuah keluarga Gangster bukanlah hal yang menyenangkan bagi Michael Corleone (diperankan Alpacino). Terlebih dia tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menentukan nasib keluarga terpandang dalam dunia gangster ini.
Michael dipaksa belajar tekun hingga perguruan tinggi, agar menjadi kaum terpelajar dan membanggakan keluarga ini. Tidak seperti Sonny (diperankan James Caan), anak tertua Vito yang disiapkan untuk memimpin masa depan keluarga Vito Corleone (diperankan Marlon Brando).
Michael dianggap tidak punya kemampuan menggerakan aset keluarga untuk bersaing dengan gangster lain dalam perebutan kedudukan dan pundi materi. Di mata Vito, Michael adalah anak pintar dan manja yang harus selalu dilindungi.
Don Vito yang tengah memasuki usia senja tak segesit dulu lagi. Sonny yang dianggap sebagai pewaris dinasti nyatanya hanya bisa mengedepankan emosi. Tak cukup mampu memainkan taktik dan seni politik dalam menyikapi berbagai kondisi. Sementara gangster lain bertambah mapan dan tengah menyiapkan rencana keji, menyingkirkan dinasti Vito Corleone, memenangkan dominasi dalam percaturan gangster italy.
Don Vito mendapat ancaman pembunuhan. Mereka tak punya banyak pilihan rencana karena benteng pertahanan mereka tak lagi solid setelah salah satu algojo andalan mereka mati. Michael hadir. Berusaha meyakinkan ayah dan kakaknya untuk ambil bagian dalam penyelesaian masalah ini.
Vito dan Sonny masih bersikeras. Michael dilarang mencampuri urusan ‘bisnis’ keluarga. Usul Michael ditolak, dia diremehkan dan diarahkan belajar giat serta tidak terlibat dalam setiap urusan ‘bisnis’ keluarga yang mereka hadapi.
Michael tak berhenti. Dia memaksa untuk ambil bagian dan memberi ide brilian. Ia menyarankan untuk mengatur skenario perundingan dengan dua pihak musuh. Untuk selanjutnya membunuh mereka berdua dan mengamankan dominasi keluarga dalam percaturan bisnis yang selama ini mereka geluti.
Vito terpaksa menerima usul anak tersayangnya ini. Ia tak punya pilihan lain. Meskipun nyawa Michael harus dipertaruhkan karena sebagai pemberi usul, keadaan juga memaksa dia untuk langsung mengeksekusi. Mengingat bahwa dalam keluarga mereka, hanya Michael yang tak pernah ‘terbaca’ oleh pihak musuh.
Pertemuan dengan dua pihak lawan akhirnya diatur, dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Michael yang terbiasa memegang buku dan pena dipersiapkan untuk menarik pelatuk pistol dan mengeksekusi. Mengakhiri polemik besar keluarga dan mempertahankan eksistensi.
Waktu pertemuan disepakati. Tiga orang duduk dalam satu meja. Dua orang dihadapan Michael telah berencana membunuh anak Don Vito ini. Michael meminta izin untuk ke kamar mandi. Mengambil pistol yang telah disiapkan sebelum pertemuan ini terjadi.
Michael kembali ke meja pertemuan. Suara pistol meledak beberapa kali. Dua target itu mati di tangan Michael. Ia yang menyusun rencana, ia pula yang mengeksekusi.
Setelah kejadian itu, Vito dan Sonny menaruh kepercayaan penuh kepada Michael. Tak lagi menganggap Michael sebagai anak culun yang harus selalu dilindungi.
Berkat kecerdasan dan keberanianya itu, Michael mendapat moment yang tepat untuk mengambil jalan kepemimpinan keluarga Gangster yang amat dihormati ini. Selanjutnya, dalam film berdurasi 175 menit ini fokus penonton berpindah pada sosok Michael Corleone. Tak lagi berpusat pada Don Vito, ataupun Sonny.
Film gubahan Mario Puzo ini secara tak langsung memberi semangat dan motivasi. Bukan sekedar soal pembunuhan atau perebutan kekuasaan. Tapi bagaimana cara menyikapi keadaan.
Dalam berbagai kondisi, mestinya kita bisa mencontoh Michael. Ia diremehkan, namun ia memberi bukti. Ia disingkirkan dalam sebuah jalan perjuangan, tapi ia memberi solusi dan aksi.
Sebelum kita berbicara, orang lain hanya memandang bentuk lekuk bibir kita. Sebelum kita beraksi, orang lain hanya memandang bentuk fisik kita. Sebelum memberi kontribusi, jangan harap kita bisa mendapat kedudukan yang baik dari orang-orang di sekeliling kita.
Sudah setengah abad lebih film ini diproduksi. Namun konflik dan alur ceritanya tetap layak untuk dinikmati. Yang tak kalah penting, semangat dan kecerdasan Don Corleone dalam film ini sangat produktif dalam membangkitkan motivasi. Tentunya dalam berbagai hal positif yang kita hadapi.
Judul film: The Godfather (1962)
Sutradara: Francis Ford Coppola
Scenario: Mario Puzo
Pemeran: Alpacino, James Caan, Marlon Brando.