‘Dunia Malam’ bukan pilihan yang baik dalam aktivitas pekerjaan. Tak hanya sering digambarkan sebagai tempat kotor yang harus dijauhi, para pekerjanya juga sering dianggap tak layak untuk disandingi.
Secara naluri, tak ada perempuan yang ingin bekerja sebagai wanita malam di lokalisasi. Demikian pula menjadi pengantar minuman ataupun pendamping lelaki haus hiburan untuk sekedar bernyanyi. Selain karena dosa dari dogma agama yang harus dijauhi, pekerjaan ini juga masuk dalam jajaran kelas sosial rendah dan dianggap menghilangkan harga diri.
Kenyataanya, banyak orang yang terpaksa harus menyambung hidup dari pekerjaan yang dianggap hina ini. Entah karena rendahnya tingkat pendidikan, minimnya keterampilan, maupun tidak adanya kesempatan bekerja yang layak menjadi alasan bagi mereka untuk berkecimpung dalam dunia hitam ini. Meski hati berontak, jiwa tertekan, atau mungkin terpaksa menikmati, keadaan ini tetap tak bisa dianggap benar dan lantas tak dicarikan solusi.
Terlepas dari kesan sosial dan anggapan dosa dalam agama, mereka tetaplah manusia. Punya potensi berperilaku positif dan berhak mendapat pencerahan agama dari para da’i. Hal ini yang menggugah nurani Gus Miftah untuk berdakwah di tengah mereka. Meskipun awalnya ia mendapat banyak tantangan, bahkan ia dituduh mencari ketenaran dan materi.
Pria kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 ini bernama lengkap Miftah Maulana Habiburahman. Pendidikan agama ia peroleh dari kiai-kiai NU di berbagai pesantren. Ia juga diketahui sebagai murid dari Habib Luthfi. Tokoh thoriqoh sekaligus ulama besar yang sangat terkenal.
Saat ini, ia mengasuh sebuah pesantren di kawasan Sleman, Yogyakarta. Pesantren itu ia beri nama “Ora Aji”. Sebuah nama yang jarang digunakan untuk sebuah lembaga pendidikan agama. Terlebih pesantren. Mengingat umumnya pesantren di Indonesia diberi nama yang mengandung unsur bahasa arab.
Tak hanya nama pesantrenya yang ‘unik’. Cara berdakwahnya juga unik. Bila umumnya para da’i berdakwah di masjid dan majelis taklim, Gus Miftah memilih fokus berdakwah di lokalisasi dan tempat hiburan malam.
Ia menganggap, mereka yang dianggap hina oleh masyarakat juga berhak menerima cahaya agama. Terlebih lagi, para pekerja malam ini merasa sungkan dan tidak nyaman bila harus mengikuti pengajian di masjid atau majelis ta’lim. Ini diakibatkan stigma negatif dan pandangan sinis yang sering mereka temui.
Gus Miftah mulai berdakwah saat berusia 21 tahun. Sarkem (sebuah lokalisasi di kawasan Jogja) menjadi tempat dakwah pertamanya. Dakwah yang dianggap ‘nyeleneh’ ini ia lanjutkan ke beberapa kelab malam dan salon ‘plus-plus’.
Ustadz yang suka mengendarai Harley Davidson ini viral saat video pengajianya di salah satu kelab malam di Bali tersebar dan menjadi perbincangan di media sosial. Banyak komentar positif, namun tak sedikit komentar negatif menanggapi pengajian di Bali pada tanggal 6 September 2018 itu.
Dalam beberapa video dakwahnya yang viral, kita tidak menemui hujatan ataupun makian. Tidak ada pula klaim surga dan neraka yang digunakan sebagai serangan. Bila kita amati secara mendalam, ajakan bertaubat dan mengingat kasih sayang Tuhan akan lebih sering kita dapatkan.
Ada yang menganggap model dakwah Gus Miftah sangat dibutuhkan sebagian umat muslim yang terpinggirkan. Sekaligus menjadi teladan bagi para da’i kebanyakan. Bahwa tujuan utama dakwah adalah merangkul mereka yang melupakan Tuhan. Bukan menghakimi dan mencerca mereka hingga membuat mereka merasa tak perlu kembali ke jalan kebaikan.
Meski demikian, tak sedikit pula yang menghujani Gus Miftah dengan berbagai tuduhan. Ia dituduh mencari sensasi dan ketenaran, untuk mendapat uang dan kedudukan.
Terlepas dari banyaknya dukungan ataupun tuduhan, ia tetap konsisten di jalan pergerakan. Menyapa mereka yang sering terlupakan. Mengingatkan mereka bahwa Allah yang Maha Menciptakan, punya sifat Pemaaf dan Maha Memberi ampunan.
Berkat dakwahnya yang menyejukan dan selalu ‘memanusiakan manusia’, banyak yang tertarik dengan ceramahnya. Belakangan, Deddy Corbuzier (artis/presenter terkenal) bersyahadat memeluk agama islam di hadapanya. Artis berkepala plontos yang dikenal selalu mengedepankan logika itupun mengaku akan ‘bermakmum’ dalam bimbingan Gus Miftah. Mempelajari agama islam secara mendalam.
Di awal Agustus ini, model dakwah yang ia terapkan bertahun-tahun lalu di Sarkem-Joga itu akan ia lanjutkan di Jakarta. Di ibu kota, yang tentunya memiliki tantangan yang luar biasa.